PUBLIK DI TENGAH GEMPURAN MEDIA



Anaya Rahma- Setiap manusia pasti memiliki kepentingan. Baik kepentingan baik maupun buruk. Kepentingan tersebut dapat dimanifestasikan ke dalam media massa. Hal tersebut tidak mungkin dapat dicegah. Sekalipun kita berusaha mencegah, saat itu pula sesungguhnya kepentingan kita ikut masuk.
Kepentingan adalah seni dari media. Dalam era demokrasi, kepentingan tidak lagi diperjuangkan dengan upaya kekerasan. Kini dengan media, kekuasaan dapat diraih lebih efektif. Bahkan lebih ampuh daripada peperangan fisik. Saat ini media massa adalah medan perang pemikiran, ide, pengaruh, dan kekuatan merebut empati masyarakat. Saya lebih suka menyebutnya dengan “perang pemikiran di massa globalisasi”
Publik tidak perlu takut atau bahkan skeptis terhadap media massa karena potensinya yang besar untuk memanipulasi fakta. Publik hanya harus semakin kritis untuk membedakan berita mana yang benar dan salah. Yang baik atau buruk.
Potensi pers yang demikian harus kita ambil sebagai pelajaran. Opini publik sesungguhnya bisa direkayasa lewat media. Media sudah membuktikan kekuatannya untuk memutarbalikkan benar menjadi salah, baik menjadi buruk. Jika opini publik sudah terbentuk, masyarakat dapat terbawa dan beramai-ramai membela sesuatu yang dianggap benar, padahal faktanya apa yang mereka ketahui, salah.  Oleh sebab itu masyarakat tidak boleh hanya menyandarkan standar kebenaran berdasarkan apa yang dipublikasikan media atau yang dipahami banyak orang. Karena bisa jadi pandangan tersebut hanyalah usaha membentuk opini publik untuk merekayasa fakta. Kebenaran harus dikembalikan kepada apa yang sebenarnya terjadi.
Undang-undang 40 Tahun 1999 tentang pers pasal 17 memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memantau, melaporkan dan menganalisis  pelanggaran hukum, etika, dan kekeliruan teknis  pemberitaan yang dilakukan pers. Pada bagian point b, masyarakat juga dipersilahkan menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas pers nasional. Peluang ini seharusnya dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat untuk melakukan kontrol sosial.
Sikap kritis rakyat terhadap bentuk opini publik adalah wujud dari kekuatan masyarakat. Kekuatan inilah yang saya sebut sebagai kekuasaan publik dalam berebut dominasi pers dan pemerintah. Bagaimana pendapat anda?

Berdemokrasi Secara Sehat Memperebutkan Kekuasaan
Sistem Demokrasi bukan hanya retorika sistem yang berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem demokrasi adalah sistem yang membuka persaingan memperebutkan kekuasaan. Persaingan itu dapat terjadi di media massa. Oleh sebab itu media massa harus dijadikan sebagai titik tolak pembangunan masyarakat sekaligus alat kontrol sosial.  
Oleh karena kesadaran tersebut, penulis mengajak seluruh pembaca untuk berdemokrasi secara sehat. Mari kita wujudkan area bebas berpendapat dalam media massa. Mari kita bersama-sama berkompetisi memperebutkan kekuasaan dengan etika kompetisi yang sehat. Dengan kekuasaan itu mari kita bangun bangunan masyarakat yang lebih baik. Dan semoga negara ini semakin baik dan semakin baik lagi. 

Share on Google Plus

About Unknown

Website ini didedikasikan untuk media belajar tentang keadilan hukum.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment