AKOMODASI

Pindah dari dalam ke luar negeri bukan perkara yang mudah. Ada kendala bahasa, ada kendala makanan, ada kendala kultur, ada kendala cuaca dan yang hampir pasti kendala akomodasi. Untuk masalah yang terakhir, saya merasakannya sangat.
My Apartment, Room 3.
Di awal kedatangan, saya ditawari seorang teman untuk mencari akomodasi bersama. Kami menemukan rumah yang sangat baik (bahkan bagi saya sangat mewah J) dan dekat dengan kampus. Kami kemudian membuat perjanjian dengan tuan rumah.  Namun setelah perjanjian ditandatangani, teman saya tidak dapat menepati janjinya untuk tinggal bersama. Bencana karena  saya tidak akan mampu membayar kontrak rumah jika sendiri. Saya dihadapkan pilihan untuk marah atau segera mencari solusi.

Sempat terlintas asa untuk marah, menuntut, mempermasalahkan, meminta ganti rugi atau setidak-tidaknya meledakkan suara tanda  kecewa. Tapi saat itu saya mengambil langkah gila. Saya hanya tersenyum, mengiyakan, lalu menjauh darinya mencari solusi. Hari itu juga saya belajar jadi broker rumah. Saya bertekad menemukan 2 teman baru untuk bersama-sama berbagi apartemen. Saya yakin bisa.

Ternyata tidak mudah. Saya kelelahan. Tenaga saya habis untuk beradaptasi di kota dan Negara baru. Tugas kuliah ternyata banyak dan sangat menguras tenaga.  Hanya sedikit  energy tersisa untuk konsisten memasarkan rumah, melayani berbagai pertanyaan, menemani inspeksi,  negosiasi, dsb. Iklan-iklan yang saya post, tidak membuahkan hasil. Berkali-kali konsumen datang, hanya bertanya kemudian pergi.  Beberapa kali saya merombak strategi. Benar-benar menantang.

Alhamdulillah, 25 Maret 2016, target saya tercapai, usaha saya berhasil. Saya menemukan dua orang teman untuk tinggal di apartemen tersebut. Satu mahasiswa Indonesia, satu lagi mahasiswa Korea. Utilities seperti kulkas, microwave, sofa, mesin cuci, kasur, karpet, saya beli dengan harga terjangkau bahkan gratis. Saya juga akhirnya membayar kamar dengan harga yang sangat murah. Saya  bersyukur karna ada kelebihan uang untuk melengkapi kamar dengan barang-barang yang membuat saya nyaman. Dan terlebih lagi, saya bisa menabung untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya yang lain.


Allah sangat baik. Masalah akhirnya selesai. Saya belajar dan mendapatkan banyak keberuntungan meski di awal bentuknya seperti bencana. Hmmm, atau jangan-jangan memang tidak ada namanya bencana? Ataukah yang ada hanyalah tantangan dari Allah untuk membuat kita lebih tangguh? Yang jelas, sekarang saya tersenyum sambil bersyukur, thanks God:)
Share on Google Plus

About Unknown

Website ini didedikasikan untuk media belajar tentang keadilan hukum.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment